Tips Mengatur Barang di Rumah yang Sempit

Rumah adalah kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Rumah berfungsi sebagai tempat bernaung dari panas dan hujan, dengan rumah kita dapat terhindar dari berbagai macam gangguan makhluk hidup, dan rumah adalah tempat pulang setelah berkutat dari penatnya aktifitas dan pekerjaan di luar. Fungsi lain dari rumah adalah sarana untuk interaksi dan pusat pendidikan bagi keluarga. Segala manfaat dari kepemilikan rumah memiliki maksud agar setiap manusia dapat memiliki tubuh yang sehat baik fisik maupun psikologis, sehingga ia akan kembali siap untuk beraktifitas di luar rumah dengan baik. 

Ukuran tempat tinggal kadang tidak menjadi masalah, terlebih harga rumah kini semakin melambung seiring terjadinya inflasi. Namun, fungsi ideal dari rumah akan pula terwujudkan apabila isi dari rumah tertata dengan baik. Jika barang-barang di dalam rumah tidak tertata dengan baik, maka hal tersebut akan mempengaruhi kondisi pikiran kita. Diperlukan berbagai trik untuk menata rumah berukuran sempit agar terlihat rapi, bersih, dan tidak berantakan.

Pertama, pastikan bahwa semua orang di rumah anda perlu mengusahakan agar rumah tetap terlihat rapi dan sehat. Koordinasi yang baik antar penghuni rumah, adalah kunci dari memiliki rumah yang bersih dan sehat.

Kedua, selalu bersihkan lantai dan perabotan rumah setiap hari. Debu yang menempel di kaki dan badan kita tentunya membuat penghuni rumah tidak nyaman. Apalagi jika debu-debu tersebut mencemari makanan yang kita hidangkan di atas meja. Saat ini tidak menjadi masalah untuk membersihkan rumah, karena tersedianya alat-alat kebersihan yang mampu membantu memudahkan kita untuk membersihkan rumah atau menggunakan jasa orang lain yang dapat memudahkan kita untuk memiliki rumah yang bersih dan rapi.

Ketiga, kita harus menghindari barang-barang yang kita tidak perlukan. Keinginan untuk mengkoleksi barang-barang yang tidak diperlukan, perlu dihindari karena akan memenuhi isi ruangan dengan barang . Selain itu, penghuni rumah juga akan berusaha lebih berat untuk membersihkan rumah jika terlalu banyak barang.

Keempat, menata barang di dalam tempat penyimpanan. Jika sudah terlanjur memiliki banyak di rumah, hal ini tidak menjadi masalah apabila kita memiliki tempat penyimpanan yang cukup memuat banyak barang. Solusi dari permasalahan tersebut, Olymplast memiliki banyak produk yang membantu kita untuk merapikan perabotan rumah.

Produk-produk rumah tangga dari Olymplast memiliki desain yang kuat dan kekinian, hal ini turut membuat penghuni rumah nyaman berada di rumah, selain itu kita tidak akan malu untuk mengajak tamu untuk datang ke rumah kita. Apabila kita ingin memindahkan storage Olymplast, tentunya sangat mudah karena produk-produk ini ringan dan fleksibel untuk dipindahkan kemana saja.

Olymplast memiliki kapasitas storage yang besar, sehingga tidak menjadi masalah jika kita memiliki banyak barang karena semua bisa dimasukan ke dalam storage dari Olymplast. Produk ini terbuat dari plastik sehingga mudah dibersihkan, anti rayap, dan anti jamur. Produk Olymplast juga memberikan manual untuk setiap pembelian, jadi kita tidak akan kesulitan untuk merakit produk dari Olymplast. Selain itu kegiatan merakit produk Olymplast juga bisa menjadi ide kegiatan bersama keluarga agar hubungan antar keluarga semakin erat.

Kelima, menata barang sesuai dengan kategori barang. Untuk memudahkan kita dalam mencari barang-barang, kita dapat menyimpan barang kita sesuai dengan kategori. Untungnya kita, produk Olymplast juga memiliki berbagai macam tipe penyimpanan sehingga dapat memudahkan kita. Olymplast juaranya rapikan rumah

Https://olymplast.co.id/ : Tips Mengatur Barang di Rumah yang Sempit

Solusi di atas semoga bisa membantu kita dalam memiliki hunian yang nyaman ditinggali oleh keluarga.

Sumber foto: instagram.com/arya_artamansa

Emotionally drained

Ohya kisah ini tentang uang. Sebelum kalian kecewa lebih baik keluar saja.

Hari ini saya lelah betul dikecewakan untuk kesekian kalinya oleh tempat saya bekerja.

Kecewa yang pertama, terjadi waktu saya sudah melewati proses interview di awal Juli. Mereka bilang saya harus bertemu dengan pihak yayasan sebagai syarat terakhir sebelum saya diterima di sebuah tempat mengajar. Belum ada kata-kata bahwa saya diterima, saya diminta untuk mengikuti rapat kerja. Ah oke saya jalani, meski saya tidak tahu bagaimana status saya disana. Lantas saya bertanya-tanya kapan saya akan bertemu dengan yayasan.

Pertama mereka bilang saya akan bertemu Yayasan hari Jumat. Hari Jumat tiba, mereka bilang hari Senin. Hari Senin tiba, mereka bilang Selasa, mereka bilang Minggu depan dan seterusnya. Kecewa? Ya, tapi saya masih excited untuk mengajar di sekolah tersebut.

Akhirnya saya bertemu dengan pihak yayasan. Mungkin mereka bisa membaca raut wajah saya dimana saya sangat bersemangat untuk belajar dan mengajar disana. Mereka berkata bahwa uji coba akan berlangsung selama 3 bulan. Income yang saya dapat harian, lebih sedikit dengan honor privat saya selama satu jam pertemuan. Setelah saya melewati masa percobaan, maka mereka menjanjikan gaji yang berbeda. Lalu saya menanyakan jika saya melakukan yang terbaik, apakah waktu uji coba bisa dipersingkat? Mereka bilang, ya tentu.

Mungkin kamu tidak paham api semangat berkobar begitu besarnya.

Untuk pertama kalinya saya berhutang dengan kakak saya untuk mencicil laptop karena proses belajar ini melalui jarak jauh sehingga saya harus memiliki laptop yang memadai sedangkan laptop lama saya sudah terlalu tua. Murid saya pantas mendapatkan ilmu dengan fasilitas yang baik. Tidak baik jika saya mengecewakan mereka dengan laptop yang lemot.

Lagipula, “jika saya melakukan yang terbaik, mereka akan mempersingkat waktu uji coba.” sehingga bisa saja cicilan laptop akan lebih ringan.

1 bulan berjalan, belum ada kabar dari yayasan.

2 bulan berjalan, belum ada kabar dari yayasan.

3 bulan berjalan, belum ada kabar dari yayasan.

Baiklah, mungkin seburuk itu kinerja saya dalam mengajar. Saya hanya dapat menebak, karena tidak terlihat seseorang dari mereka memantau kinerja saya karena dari jarak jauh.

Bulan ketiga sudah terlewati, saya pikir mereka akan mentransfer dengan pendapatan yang berbeda dari yang sebelumnya. Ternyata tidak.

Saya hubungi beberapa orang karena tidak ada HR di tempat saya mengajar. Hasilnya? Pesan saya hanya diread.

Saya bertanya lagi, dengan siapa saya bisa mendapatkan informasi terkait hal ini? Saya benar-benar menangis. Dikecewakannya hati yang berharap. Mereka bilang nanti akan dikabari.

Jika ini bukan tentang hak, maka saya tidak akan serewel itu.

Hari-hari terus berlalu. Saya meminta kepada Allah agar diberikannya mereka hidayah.

4 November 2020.

Saat saya sedang bertemu murid saya di Zoom pada pagi hari, saya mendapat telepon. Diamanatkan untuk datang ke sekolah hari itu. Mereka bilang ini tentang kepegawaian. Ohya tentu saya sangat senang. Betapa hari ini saya sangat tunggu-tunggu.

Saat bertemu dengan yayasan, mereka menanyakan kepada saya tentang kesan, pesan, usulan terhadap sekolah. Kemudian mereka bilang akan membuat perjanjian kontrak dengan saya. Di akhir pertemuan, mereka menyodorkan hasil penilaian saya. Meski entah bagaimana mereka menilai. Dibawahnya terdapat tulisan nominal gaji saya. Hanya berbeda puluhan ribu dari gaji saya saat menjadi pegawai uji coba.

Miris.

Meskipun mereka tidak menawarkan untuk membahasnya, saya berkata apakah nominal bisa dipertimbangkan lagi. Mereka bilang tidak, khawatir yang lain iri kepada saya.

Mereka bilang tidak bisa. Meskipun saya menggunakan skill lebih.

Meskipun saya lulusan sarjana dari Universitas rebutan calon mahasiswa.

Meskipun sedikit komplain yang terdengar dari orang tua.

Saya terdengar sedang menyombongkan diri sekarang. Tapi memang itu yang para pencari pekerja lakukan untuk “menjual” kelebihan mereka.

Saya sangat berharap hal itu dapat bisa dipertimbangkan, tapi mereka mengatakan

“ya, cukup sekian pertemuan hari ini”.

Cara mereka memperlakukan saya, memanfaatkan saya..

Hari ini, saya sangat kecewa.

The Reality.

I decided to delete your number. I am doing it for good. Eventough I still can’t believe this 6 year of friendship would come to an end.

This last 3 months could be the best months in my last 3 years. I have a job for something like. I learn for something I want.
I know there’s somekind of thing in me that burn stronger, bigger, and brighter.

And you were my fuel.

I have ever imagined to pick you up from the airport, that’s why I am learning to drive.
Somehow I still can’t pass the test to get the license. But I will do my best until the time arrive, insyaAllah, I will have the license eventough I won’t pick you up in the airport because you won’t come here.

And I will always learn to cook, eventough I won’t make food for you because I know you will never come to my house to try my food.

I will continue to learn french eventough I know, I will never meet your parents, and your beloved brother. People you keep talking about because I know they are what matter to you, once and forever.

And I will try to find someone to be able keep the fire burning inside of me, better than you.

When I talked to you about the promise I made, I made it for myself.

Just like my last message for you on Whatsapp and for something that you never reply:
Thank you.

Is it really necessary?

Menghabiskan banyak waktu di sosial media membuat saya termangu dan berpikir, banyak sekali wajah-wajah cantik berseliweran di beranda, terpoles make up dengan apik, berpakaian rapi gonta-ganti dalam setiap postingan/story. Kadang saya hampir lupa bahwa yang saya lihat adalah kawan saya sendiri, bukan artis kawakan ternama. Perbincangan di dunia nyatapun sesekali merupakan topik tentang merk gincu atau diskon baju. Continue reading “Is it really necessary?”